kata hikmah

"Merendahlah engkau seperti bintang gemintang, berkilau dipandangorang di atas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi..
Jangan seperti asap yang mengangkat diri tinggi di langit padahal dirinya rendah hina." (alm. ust. rahmat abdullah)

Selasa, 17 Januari 2012

DEMODECOSIS PADA ANJING

LAPORAN KOAS PPDH LABORATORIUM PARASIT

PENDAHULUAN
Parasit merupakan organisme kelompok hewan yang untuk dapat mempertahankan hidupnya membutuhkan makhluk hidup lain sebagai sumber makanan dan sumber kehidupan, sehingga merugikan dan bahkan dapat membunuh induk semang tempatnya menumpang hidup. Secara global penyakit parasit terus menjadi kendala utama bagi negara-negara berkembang seperti indonesia.
Anjing merupakan salah satu hewan peliharaan yang banyak digemari, karena rata-rata anjing mempunyai kecerdasan dan kepintaran yang tinggi serta sangat setia pada tuannya apabila dirawat dengan baik (Anonimus, 2004).
Berbagai spesies parasit kulit telah diketahui menyebabkan penyakit pada anjing yang tingkat sakitnya sangat bervariasi. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh parasit kulit adalah demodekosis yang disebabkan oleh tungau (mite) Demodex sp. Tungau ini termasuk tipe pembuat terowongan dalam kulit induk semangnya. Hewan yang diserang hampir semua mamalia termasuk manusia dan distribusi telah menyebar ke seluruh negara.
Demodex sebenarnya merupakan fauna normal di tubuh anjing yang hidup pada folikel rambut maupun kelenjar sebasea dengan memakan sebum serta debris (runtuhan sel) epidermis. Peningkatan populasi parasit ini secara berlebihan berdampak pada terjadinya gangguan pada kulit anjing.
Spesies tungau dari demodex yang sering ditemui antara lain D. canis (pada anjing), D. bovis (pada sapi), D. phyllodes (pada babi), D. folliculorum pada manusia.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk dapat mengidentifikasi jenis-jenis ektoparasit pada berbagai spesies hewan dan mengetahui tindakan awal pengendalian penyakit yang dapat ditimbulkan.

MATERI DAN METODE PEMERIKSAAN

Waktu dan Tempat Pemeriksaan
Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 6 Juli 2011 di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Unsyiah.

Alat dan Bahan Pemeriksaan
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan adalah mikroskop (olympus), objek glass, cover glass, scalpel. Bahan yang digunakan adalah minyak emersi, NAOH 10%.

Metode Pemeriksaan dan Identifikasi
Sampel yang digunakan adalah seekor anjing betina dengan gejala kurus, bulu kusam dan tidak merata (alopecia) serta banyak keropeng diseluruh tubuh. Selanjutnya anjing di restrain agar memudahkan pengambilan kerokan kulit.


Dari hasil pemeriksaan kerokan kulit (skin scrap) kemudian di amati dibawah mikroskop pembesaran 10X. Untuk identifikasi lihat kunci di buku penuntun praktikum parasitologi.

Cara Kerja
• Skalpel dicelupkan ke dalam minyak emersi
• Kulit induk semang yang mau di diagnose ditarik dengan jari telunjuk dan ibu jari
• Pegang skalpel dengan mata yang tegak lurus terhadap kulit dan di kerok sampai darah mulai keluar
• Hasil kerokan yang melekatdi skalpel dipindahkan ke objek glass dan campurkan NaOH 10%
• Diamati bawah mikroskop dan diidentifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan dipermukaan kulit anjing ditemukan ektoparasit berupa tungau yang termasuk dalam klasifikasi:
Phylum : Arthropoda
Class : Arachnida
Ordo : Acarina
Sub ordo : Trombidiformis
Family : Demodicidae
Genus : Demodex
Spesies : Demodex canis (Anonimus, 2011b)
 Gambar 1: Demodex dewasa dibawah mikroskop pembesaran 40 X

Tungau ini memiliki bentuk tubuh memanjang seperti wortel dengan ukuran yang bervariasi, umumnya memiliki panjang 0,25 mm dan lebar 40 µm sehingga hanya dapat dilihat di bawah mikroskop menggunakan metode skin scrap. Tubuh tungau terdiri atas kepala dan thoraks yang menyatu. Abdomen yang panjang, dilengkapi dengan empat pasang kaki yang pendek, tumpul dan terdiri atas lima ruas. Bagian mulut memiliki sepasang palpus dan chelicerae serta hipostom tunggal seperti yang terlihat pada gambar 1.
 Gambar 2: Immatur demodex dibawah mikroskop pembesaran 40 X
Ada 2 tipe demodekosis yang dikenal yaitu:
1. Demodekosis Lokal, atau demodekosis skuamosa berupa aplopesia melingkar pada satu atau beberapa tempat berukuran kecil, eritema, daerah tersebut bersisik dan mungkin saja tidak nyeri atau nyeri, kebanyakan ditemukan pada wajah dan kaki depan. Sifat penyakit ini kurang ganas dan kebanyakan kasus ini bias pulih secara spontan.
2. Demodekosis General, biasanya berawal dari lesi lokal dan bila lesi tidak mengalami pengurangan secara spontan atau mendapat perawatan memadai akan menjadi lesio yang meluas (Anonimus, 2011a).
Siklus Hidup
Siklus hidup demodex berlangsung dalam tubuh inang yang terdiri atas lima tahapan yaitu telur berbentuk lonjong seperti gelondongan, menetas menjadi larva yang mempunyai enam buah kaki (protonimfa) dan deutonimfa berkaki delapan kemudian berkembang menjadi dewasa yang berlangsung antara 18-24 hari seperti tampak pada gambar 3.
Gambar 3: Siklus hidup demodex 

Tungau jantan dapat ditemukan di dekat permukaan kulit, sedangkan betina yang telah dibuahi meletakan 20-24 butir telurnya di dalam folikel rambut. Telur akan menetas menjadi larva kemudian menjadi nimfa, bergerak melewati aliran sebaceus (kelenjar keringat) ke muara dari folikel rambut dan disanalah mereka akan menjadi dewasa dan mengulangi siklus hidupnya.
Sedangkan transmisi demodex umumnya mulai terjadi melalui kontak langsung dari induk pada anak anjing terutama di minggu-minggu pertama kelahiran.
Patogenesa
Demodekosis digolongkan sebagai penyakit yang tidak menular Penggolongan ini diambil berdasarkan bahwa parasit Demodex canis umum terdapat pada semua anjing. Tungau ini menyebar 2-3 hari melalui kontak langsung dari induk ke anak sesaat setelah melahirkan dan selama anak dirawat induknya (Rahway 1991). Sebagian besar anak anjing mempunyai daya tahan tubuh atau immune terhadap demodex, sehingga tidak menunjukkan gejala klinis dan lesio, sedangkan ada beberapa anjing yang tidak mempunyai daya tahan tubuh sehingga menderita demodekosis.
Umumnya anjing dengan ras murni lebih sering terkena di bandingkan dengan ras campuran. Hal ini disebabkan adanya faktor predisposisi genetik seperti Dachshunds, pugs dan Bulldog dan ras lain seperti anjing berbulu pendek. Adapun faktor predisposisi lain seperti umur, nutrisi, stress, hypothiroidism, estrus dan suhu lingkungan. Kejadian demodekosis sering terjadi pada anjing umur tiga bulan sampai satu tahun karena kekebalan tubuh belum berfungsi sempurna. Jika terjadi pada hewan tua, hal ini karena hewan tersebut menderita dari masa mudanya dan terjadi defisiensi tanggap kebal yang disebabkan karena mengalami penyakit dalam yang serius.

Gejala Klinis
Gejala yang ditimbulkan tergantung bentuk dan lokasi yang ditimbulkan. Diantaranya bentuk lokal ditandai dengan adanya alopecia (kebotakan) yang parsial pada wajah terutama sekitar mata dan moncong anjing, juga pada daerah ekstremitas tubuh dan kulit kering yang tidak disertai rasa gatal. Bentuk umum ditandai dengan alopecia hampir semua bulu tubuh baik kepala, leher, lengan dan kaki sehingga bulu menjadi jarang dan tipis dan kulit terlihat berminyak. Bentuk ini biasanya diikuti penyakit dalam yang serius seperti tumor dan immunosuppresif. Sedangkan bentuk pododermatitis dicirikan dengan alopecia kemudian kulit menjadi kering dan kasar kemudian terjadi proses hyperpigmentasi yang menyebabkan kulit menjadi merah. Pada kasus yang berat menyebabkan hewan tidak nafsu makan, kekurusan, sepsis dan kematian.

Diagnosa
Dilakukan kerokan pada kulit yang agak dalam dari bagian tengah lesio/area kulit yang terkena demodex ke batas tepi antara kulit yang masih utuh dan kulit yang luka. Lalu diberi tetesan NaOH 10% untuk dilihat dibawah mikroskop. Umumnya akan terlihat telur dan demodek dewasa.

Diferensial diagnosa
Diferensial diagnosa demodex pada umumnya adalah pyoderma dan dermatophytosis.


Pengendalian dan Pengobatan
Treatment terhadap demodekosis lokal diantaranya :
1. Pemberian salep yang mengandung 1% rotenone (Goodwinol ointment) maupun gel benzoyl peroxide 5 % yang diaplikasikan sehari sekali setiap hari selama 1-3 minggu.
2. Mandi dengan shampoo yang mengandung benzoyl peroxide secara regular minimal seminggu sekali.
3. Pemberian amitraz yang telah diencerkan dengan konsentrasi 0.1% pada area alopecia sehari sekali selama 2 minggu.

Sedangkan treatment terhadap demodekosis general diantaranya :
1. Mandi dengan amitraz dengan konsentrasi 0.025% 2 kali seminggu. Adapun sebaiknya sebelum menggunakan amitraz, hewan terlebih dahulu dimandikan dengan shampoo yang mengandung benzoyl peroxide untuk mengurangi minyak dan runtuhan sel kulit mati. Sedangkan bagi hewan berbulu panjang, perlu dicukur terlebih dahulu agar obat lebih mudah meresap ke dalam kulit.
2. Pemberian ivermectin oral 200 μg/kg sehari sekali selama 2-4 minggu. Namun obat ini kontraindikasi untuk anjing jenis collie, shelties, australian shepherds, old english sheepdogs maupun hewan yang positif menderita heartworm karena faktor sensitivitasnya. Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh pemberian ivermectin diantaranya salivasi dan inkoordinasi. Pilihan obat lainnya selain ivermectin yaitu doramectin 1% injeksi yang diaplikasikan selang 2 minggu.
3. Pemberian antibiotik bila terjadi infeksi sekunder oleh bakteri (pyoderma).
4. Pemberian antihistamin bila terjadi kegatalan karena iritasi demodec pada kulit hewan.
Demodex berhubungan erat dengan kondisi imunodefisiensi, maka hewan sebaiknya tidak diberikan pengobatan menggunakan kortikosteroid karena bersifat imunosupresan sehingga dapat memperparah penyakit demodecosis. Hewan juga memerlukan asupan yang berkualitas dengan komponen gizi yang seimbang terutama untuk menjaga kesehatan kulit dan bulunya (Bunawan, 2009).

Kesimpulan
Demodex adalah flora normal pada kulit anjing, dan menimbulkan gangguan pada kulit anjing saat terjadi overpopulasi yang biasanya dikaitkan dengan kondisi kekebalan tubuh yang rendah (imunosupresi) pada hewan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonimus. 2008a. Penuntun Praktikum Penyakit Parasitik Veteriner. FKH Unsyiah.

Anonimus. 2008b. Penuntun Praktikum Parasitologi Veteriner. FKH Unsyiah.

Anonimus. 2011a. Jenis-jenis Penyakit Anjing. http://www.porbi.com

Anonimus, 2011b. Studi Literatur: demodex canis. http://www.duniaveteriner.com.

Bunawan.A. 2009. Demodecosis Pada Anjing. http://pietklinik.com.

Winaruddin. 2008. Buku Ajar Parasitologi Veteriiner dan Penyakit Parasitik. FKH Unsyiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar