kata hikmah

"Merendahlah engkau seperti bintang gemintang, berkilau dipandangorang di atas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi..
Jangan seperti asap yang mengangkat diri tinggi di langit padahal dirinya rendah hina." (alm. ust. rahmat abdullah)

Sabtu, 09 Juni 2012

LaporanKoasLabMikrobiologi


 Streptococcus pneumoniae
            Dalam mikrobiologi dipelajari berbagai mikroorganisme, hubungan antara sesamanya dan juga organismenya, guna pengendalian peranan dan kesehatan serta kesejahteraan manusia dan hewan. Pada dasarnya mikoorganisme sangat berhubungan dengan kesehatan yaitu penyebab penyakit. Berbagai penyakit  yang disebabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus dan jamur.
Streptococcus pneumoniae adalah bakteri gram positif berbentuk bulat telur atau seperti bola, secara khas terdapat berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung belakang tiap pasangan sel secara khas berbentuk tombak (runcing tumpul), tidak membentuk spora dan tidak bergerak tetapi galur yang ganas berkapsul, menghasilkan α-hemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam empedu dan deterjen. Streptococcus pneumoniae adalah penghuni normal pada saluran pernapasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis, bronchitis, bakteremia, meningitis, dan proses infeksi lainnya (Jawetz, dkk., 1996).


KASUS
A.      ANAMNESA
Nama Pemilik                                       : Nova
Alamat Pemilik                                     : Limpuk
Jenis Hewan                                         : Kucing
Umur                                                    : ± 1,5 tahun
Jenis Kelamin                                       : Betina
Status Gizi                                            : Buruk
Gejala Klinis                                         : Bulu kusam dan mudah rontok
Jenis Sampel                                         : Swab tenggorokan kucing

B.       DIAGNOSA  LABORATORIUM
Cara Pengambilan Sampel
     Pengambilan sampel dilakukan dengan cara melakukan swab pada tenggorokan kucing lalu dimasukkan kedalam tabung yang berisi Nutrient Broth (NB), tempat pegangan swab dipatahkan untuk menghindari kontaminasi dan dihomogenkan. Nutrient Broth (NB) dimasukkan ke dalam termos yang berisi es. Selanjutnya sampel dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Setelah sampai di Laboratorium Mikrobiologi, sampel tersebut dilakukan pewarnaan sederhana untuk memastikan ada atau tidaknya bakteri. Kemudian sampel diinkubasikan ke dalam inkubator pada suhu 37o C selama 18-24 jam.
C.       METODE YANG DILAKUKAN
1)        Pewarnaan Sederhana
            Pewarnaan sederhana dilakukan untuk melihat ada tidaknya bakteri, menurut Lay (1994), prosedur pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan juga untuk melihat bentuk, ukuran dan pemetaan mikroorganisme. Pada uji ini hanya digunakan satu macam zat warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazimnya, prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna seperti kristal violet, safranin dan malachite green.
Cara Kerja:
Di buat suspensi kuman dengan menggunakan NaCl fisiologis steril pada kaca object dan keringkan di udara. Kemudian difiksasi dengan cara melewatkan kaca benda tersebut di atas lampu spiritus, tujuannya agar sediaan dapat menempel kuat pada permukaan kaca benda. Setelah itu teteskan zat warna kristal violet pada kaca benda dan biarkan 1-2 menit. Kemudian buang sisa zat warna dari kaca benda dengan mencuci dengan air kran yang mengalir. Kemudian keringkan kaca benda tersebut dengan kertas pengering. Setelah sediaan kering, tetesi sediaan dengan minyak emersi lalu diamati dibawah mikroskop, pembesaran 1000x.

2)        Penanaman pada Media Nutrient Agar (NA)
Media ini berfungsi untuk mendapatkan koloni yang terpisah dari biakan bakteri dan untuk melihat morfologi koloni.
Cara Kerja:
1.    Ose dipijarkan  dengan posisi tegak lurus di api bunsen lalu didinginkan sejenak.
 2.  Dengan menggunakan ose diambil suspensi kuman dari biakan NB, kemudian digoreskan pada media NA dengan menggunakan metode gores (dilakukan didekat nyala api bunsen).
3.      Diinkubasikan pada suhu 370 C dalam inkubator selama 18-24 jam.
4.      Diamati morfologi koloni yang terbentuk.

3)        Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan differensial yang sangat berguna dan merupakan tahap penting dalam perincian dan identifikasi. Pewarnaan ini memisahkan bakteri menjadi kelompok Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif berwarna ungu dan bakteri Gram negatif berwarna merah.
Cara Kerja:
1.    Bersihkan kaca benda dengan kapas yang dibasahi dengan Alkohol 70%.
2.    Diambil setetes NaCl fisiologis dengan menggunakan ose steril, teteskan diatas kaca benda.
3.    Diambil sebahagian koloni bakteri yang terpisah dari media NA dengan menggunakan mata ose yang steril, letakkan di atas kaca benda yang terlebih dahulu ditetesi NaCl fisiologis. Kemudian campurkan bakteri dan NaCl pada kaca benda hingga rata, dan lebarkan campuran itu, sehingga di dapat sediaan yang tidak tebal dan tidak terlalu tipis.
4.    Fiksasi dengan cara melewatkan kaca benda tersebut  di atas api bunsen, tujuannya supaya sediaan tersebut dapat menempel kuat pada permukaan kaca benda.
5.    Tambahkan zat warna kristal violet pada kaca benda dan biarkan selam 3-5 menit, kemudian bilas dengan air mengalir.
6.    Teteskankan larutan lugol pada kaca benda dan biarkan selama 1 menit lalu cuci dengan air mengalir.
7.    Lunturkan dengan alkohol 96% selama 10 detik sampai zat warna hilang. Bilas kembali dengan air mengalir.
8.    Teteskan safranin pada kaca benda dan biarkan selama 30-60 detik. Buang sisa Safranin dan bilas dengan air mengalir.
9.    Keringkan dan tetesi sediaan itu dengan minyak emersi lalu amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 1000x.

4)        Penanaman pada NA Miring
Cara Kerja:
1.    Dengan menggunakan ose steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) dari nutrient agar.
2.    Bekerja asepsis di dekat lampu spiritus.
3.  Tanamkan pada media nutrient agar miring dengan goresan  membentuk zig zag menggunakan ose steril.
4.    Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 37ºC selama 24 jam.

5)      Uji Katalase
Cara Kerja:
1.    Pada kaca benda steril diteteskan H2O2.
2.  Ambil bakteri dari biakan NA miring dengan menggunakan ose steril lalu dihomogenkan ke cairan H2O2 pada kaca benda.
3.    Amati pembentukan gelembung gas pada cairan H2O2.

6)      Penanaman pada Blood Agar
Cara Kerja:
1.      Sediakan blood agar.
2.      Dengan menggunakan ose steril, diambil biakan dari koloni di media agar miring, kemudian ditanam pada media blood agar dengan menggunakan metode gores (dilakukan didekat nyala api bunsen).
3.      Diinkubasikan pada suhu 370 C dalam inkubator selama 18-24 jam.
4.      Diamati morfologi koloni yang terbentuk.

7)      Uji Sensitifitas Terhadap Antibiotik
Cara Kerja:
1.      Sediakan Mueller Hinton Agar (MHA).
2.      Swab yang steril dicelupkan ke dalam biakan bakteri pada nutrient broth, kemudian diswab ke seluruh permukaan media MHA dengan merata dibiarkan selama ± 5 menit.
3.      Selanjutnya diletakkan 5 jenis cakram disk antibiotik (Vancomisin, Tetrasiklin, Penisillin, Ampisilin dan Gentamisin).
4.      Kemudian diinkubasikan pada suhu 370 C selama 24 jam.

D.      HASIL PENGAMATAN
1.        Pewarnaan Sederhana
Pada pewarnaan sederhana, setelah diamati di bawah mikroskop terlihat adanya bakteri dengan bentuk coccus dan ada beberapa bakteri lain yang berbentuk basil seperti tampak pada gambar 1. Hal ini membuktikan bahwa sampel yang diuji terdapat bakteri
     Pewarnaan sederhana dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya bakteri dalam sampel. Pada pewarnaan sederhana digunakan satu macam zat warna yang bersifat basa yaitu kristal violet. Pewarnaan ini terjadi karena kation zat warna berkaitan dengan anion protoplasma bakteri (Lay, 1994).

 Gambar 1.  Hasil pewarnaan sederhana memperlihatkan bakteri berbentuk
  kokus pada mikroskop dengan pembesaran 1000X.
 
2.        Penanaman pada Media Nutrien Agar (NA)
 
Gambar 2. Hasil penanaman bakteri pada media NA
Hasil pengamatan terhadap media NA yang telah ditanam dari biakan media NB didapatkan beberapa koloni terpisah, berbentuk bulat berdiameter 2 mm, permukaannya cembung, berwarna putih kekuningan dengan tepi koloni rata dan media agar tidak mengalami perubahan.
Nutrient agar (NA) merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Media ini berbentuk padat yang digunakan untuk pembiakan bakteri sehingga ditemukan koloni bakteri yang berjenis sama sehingga dapat diketahui bentuk, ukuran, konsistensi, warna koloni bakteri, serta perubahan medium sebelum dilakukannya uji lanjutan.

3.        Pewarnaan Gram
Hasil dari pewarnaan Gram diketahui bahwa bakteri bersifat Gram positif dan berbentuk coccus. Tujuan dari pewarnaan Gram ini adalah untuk mengetahui apakah bakteri bersifat Gram positif atau Gram negatif (Anonimus, 2007).
 Gambar  3. Hasil pewarnaan Gram pada mikroskop dengan pembesaran 1000x.

Golongan bakteri Gram positif akan terlihat berwarna ungu violet setelah dilakukan pewarnaan Gram, hal ini disebabkan oleh struktur dinding bakteri golongan Gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal yang terdiri dari 30 lapisan dan pori-pori yang lebih sedikit dibandingkan golongan bakteri Gram negatif. Sehingga menghambat pelepasan zat warna kri violet saat di dehidrasi oleh alkohol 96%, struktur dinding sel bakteri Gram positif yang memiliki pori-pori yang lebih sedikit memungkinkan tidak terserapnya larutan safranin saat di teteskan, hal ini dikarenakan permeabilitas yang rendah dari pori-pori dinding sel bakteri golongan Gram positif di bandingkan bakteri golongan Gram negatif (Aguskrisno, 2002).
Penggolongan atas bakteri Gram positif dan Gram negatif dilakukan setelah dihidrasi dengan alkohol. Bakteri bersifat Gram negatif saat dihidrasi dengan alkohol, lipid akan terektraksi dari dinding sel, pori-porinya mengembang. Zat warna yang mula-mula diberikan keluar dari sel sehingga sel menjadi tidak berwarna komposisi dinding sel bakteri Gram positif berbeda dengan dinding sel Gram negatif. Dinding sel yang lebih tebal pada bakteri Gram positif menyusut oleh perlakuan hidrasi alkohol 96%  karena terjadinya dehidrasi, menyebabkan pori-pori dinding sel menutup sehingga mencegah keluarnya larutnya gentian violet (Aguskrisno, 2002). 
 Gambar  4. Komposisi dinding sel bakteri Gram positif dan Gram negatif
Sel bakteri Gram positif mengikat zat warna gentian violet dengan kuat sehingga tidak dapat di lunturkan oleh alkohol dan tidak dapat di warnai lagi oleh larutan safranin. Sedangkan dinding sel Gram negatif mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi, lipid pada umumnya larut dalam alkohol dan aseton. Larutan lipid oleh pencucian dengan alkohol yang di gunakan dalam pewarnaan Gram diduga memperbesar pori- pori dinding sel bakteri Gram negatif, sehingga proses pemucatan pada sel-sel Gram negatif berlangsung lebih cepat. Bakteri Gram negatif daya pengikatan warna Gentian Violet tidak kuat sehingga dapat di lunturkan dan dapat di warnai kembali oleh larutan Safranin (Gusti, 2010).

Gambar  5. Skematis terbentuknya warna pada pewarnaan Gram

4.    Penanaman pada NA Miring
Pada penanaman NA Miring terlihat koloni berwarna putih kekuningan dengan bentuk pertumbuhan menyebar. Media ini berfungsi untuk mendapatkan koloni yang terpisah dari biakan koloni (koloni murni), sebelum dilanjutkan pada uji berikutnya dan juga berfungsi untuk stok bakteri.

5)   Uji Katalase
Pada uji katalase tidak terbentuk gelembung-gelembung gas hasil reaksi bakteri dan H2O2. Tidak terbentuknya gelembung-gelembung gas tersebut menandakan katalase negatif
Gambar  6. Tidak terbentuk gelembung O2 pada uji katalase

Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktifitas katalase pada bakteri yang diuji. Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi H2O dan O2. Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik karena H2O2 yang dibentuk dengan pertolongan berbagai enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel mikroba. Beberapa bakteri yang termasuk katalase negatif adalah Streptococcus, Leuconostoc, Lactobacillus, dan Clostridium (Anonimus, 2008).
Bakteri katalase positif seperti S. epidermidis bisa menghasilkan gelembung-gelembung oksigen karena adanya pemecahan H2O2 (hidrogen peroksida) oleh enzim katalase yang dihasilkan oleh bakteri itu sendiri. Bakteri katalase negatif tidak menghasilkan gelembung-gelembung oksigen. Hal ini berarti H2O2 yang diberikan tidak dipecah oleh bakteri katalase negatif, seperti streptococus sp sehingga tidak menghasilkan oksigen. Bakteri katalase negatif tidak memiliki enzim katalase yang menguraikan H2O2 (Fardiaz, 1992).

6) Blood Agar
Hasil pengamatan menunjukkan terjadi aktifitas hemolisis pada media blood agar karena terjadi perubahan warna pada di sekitar koloni menjadi abu-abu kehijauan., hal ini membuktikan bakteri yang di indentifikasi memiliki daya hemolisa dan digolongkan pada alfa.
 
Gambar 7. Hasil Penanaman pada Media Blood Agar

        Agar darah merupakan media diferensial, bukan media selektif. Agar darah memungkinkan membedakan bakteri berdasarkan kemampuan mereka untuk melisiskan sel-sel darah merah. Tiga jenis hemolisis adalah:
1. Beta hemolisis, yang merupakan lisis lengkap sel darah merah dan hemoglobin. Darah secara lengkap digunakan oleh mikroba. Media yang ada koloninya menjadi tidak berwarna.
2. Alfa hemolisis mengacu pada lisis parsial/ lisis sebagian dari sel darah merah dan hemoglobin. Hal ini menghasilkan perubahan warna di sekitar koloni menjadi abu-abu kehijauan.
3. Gamma hemolisis, yaitu tidak terjadi hemolisis, dimana tidak ada perubahan warna dalam medium (Anonimus, 2010).

7) Uji Sensitifitas terhadap Antibiotik
Hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Uji sensitifitas pada media MHA
Antibiotik
Zona Hambatan
(mm)
Keterangan
Penisilin
Ampisilin
Vankomisin
Gentamisin
Tetrasiklin

0
0
15
20
20
Resisten
Resisten
 Susceptible
Susceptible
Susceptible
 Gambar 8. Luas zona hambat antibiotik terhadap bakteri S. Pneumonia

MHA (Mueller Hinton Agar) merupakan media diferensial yang digunakan untuk uji sensitifitas terhadap beberapa antibiotik yang dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri dari NB dengan menggunakan swab steril. Lalu di usapkan pada seluruh permukaan media MHA. Kemudian ditempatkan beberapa disk antibiotik di atas agar plate dengan jarak tertentu dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37o C.
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktifitas antibiotik yang beragam. Mekanisme kerja antibiotik antara lain: menghambat sintesis dinding sel, merusak permeabilitas membran sel, menghambat sintesis RNA (proses transkripsi), menghambat sintesis protein (proses translasi), menghambat replikasi DNA. Prosedur difusi kertas cakram agar yang distandarisasikan (metode Kirby-Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitifitas antibiotik untuk bakteri. Sensitifitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk.
Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka (susceptible) terhadap suatu antibiotik. Hasil pengukuran antibiotik pada tabel diatas menunjukkan bahwa Penisilin dan Ampisilin bersifat resisten. Sehingga tidak dapat digunakan untuk  menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan Gentamisin, Tetrasiklin, dan Vancomisin bersifat peka (susceptible) dan dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

E.       DIAGNOSA
Dari hasil pengamatan terhadap uji yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa bakteri ini termasuk dalam golongan Gram positif, berbentuk bulat (coccus) , berantai pendek,  katalase negatif sehingga dapat diidentifikasikan bahwa bakteri tersebut adalah Streptococus pneumonia.

F.        KESIMPULAN
Setelah dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri terhadap swab  tenggorakan kucing, maka dapat disimpulkan bahwa bakteri ini merupakan Streptococus pneumonia. Hal ini ditandai dengan sifat koloni bakteri pada media NA, katalase negatif, alfa hemolisa, serta bersifat resisten terhadap Penisilin dan Ampisilin. Sedangkan Gentamisin, Tetrasiklin, dan Vancomisin bersifat peka (susceptible) dan dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

G.      PEMBAHASAN KASUS
Klasifikasi bakteri Streptococcus pneumoniae:
Kingdom           : Bacteria
Phylum              : Firmicutes
Class                  : Diplococcic
Ordo                  : Lactobacillales
Family               : Streptoccoceae
Genus                : Streptococcus
Spesies              : Streptococcus pneumoniae

Morfologi dan identifikasi
Streptococcus pneumoniae adalah bakteri gram positif berbentuk bulat telur atau seperti bola, secara khas terdapat berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung belakang tiap pasangan sel secara khas berbentuk tombak (runcing tumpul), tidak membentuk spora dan tidak bergerak tetapi galur yang ganas berkapsul, menghasilkan α-hemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam empedu dan deterjen. Streptococcus pneumoniae adalah penghuni normal pada saluran pernapasan bagian atas manusia dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis, bronchitis, bakteremia, meningitis, dan proses infeksi lainnya (Jawetz, dkk., 1996).
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) membentuk koloni bulat kecil, mula-mula berbentuk kubah dan kemudian timbul lekukan di tengah-tengahnya dengan pinggiran yang meninggi dan α-hemolisis pada agar darah. Pertumbuhan bakteri ditinggikan dengan 5-10% CO2. Energi yang diperoleh kebanyakan dari peragian glukosa yang diikuti oleh pembentukan asam laktat yang cepat, yang membatasi pertumbuhan.

Sifat-sifat perbenihan
Untuk pertumbuhan terbaik perlu media dengan pH 7,6-7,8. Kuman ini tumbuh aerob dan fakultatif anaerob. Jarang terlihat tumbuh pada suhu di bawah 25ºC dan di atas 41ºC. Suhu pertumbuhan optimum 37ºC. Glukosa dan gliserin meningkatkan multiplication ratenya, tetapi bertambahnya pembentukan asam laktat selain menghambat dapat pula membunuhnya, kecuali bila ke dalam perbenihan ditambah kalsium karbonat 1% untuk menetralkannya. Dalam lempeng agar darah sesudah pengeraman selama 48 jam akan terbentuk koloni yang bulat kecil dan dikelilingi zona kehijau-hijauan identik dengan zona yang dibentuk oleh streptococus viridans.
Kuman pneumococus meragi inulin. Inulin positif dapat menegakkan diagnosis, tetapi jika negatif belum tentu bukan pneumokokus. Kuman ini berbeda dari kokus lainnya, dihambat oleh optokhin. Koloni yang di duga pneumokokus, ditaman pada pelat agar darah, kemudian ditempelkan cakram optokhin. Bila ternyata pneumokukus maka akan nampak zona yang tidak ada  pertumbuhan kuman di sekeliling cakram.

Daya tahan kuman
Kuman pneumokokus dalam sputum yang kering yang tidak terkena sinar matahari secara langsung dapat tahan beberapa bulan. Dalam perbenihan biasa mati dalam beberapa hari, tetapi dapat dipertahankan dan tetap virulen berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bila di simpan di dalam keadaan liofil. Pneumokokus rentan terhadap sabun, empedu, natrium oleat, dan zat warna. Pneumokokus di hambat oleh sulfadiazin, tetapi sering terjadi resistensi setelah beberapa hari.

Patogenesis
Pneumonia pneumococcus jarang berupa infeksi primer dan hanya mengakibatkan gangguan barrier pertahanan normal saluran pernafasan atas. Udara dingin, anastesia, morfin, dan intoksikasi alkoholik sering mempengaruhi penyakit oleh penumococcus. Melemahnya refleks epiglotis, merupakan faktor yang mempermudah aspirasi sekresi terinfeksi dari saluran pernafasan atas. Infeksi virus pada saluran pernafasan atas merupakan penyebab utama pneumonia pneumococcus dan sering mendahului serangan mendadak. Pneumococcus terdapat pada nasofaring dan berbiak dalam lingkungan yang termodifikasi oleh virus dan dibawa ke dalam alveoli melalui sekresi bronkhi. Beberapa keadaan klinik yang mempengaruhi pneumonia pneumococcus akut yaitu: gangguan jantung kongestif, keracunan gas, dan stasis pulmonari disebabkan oleh perpanjangan masa istirahat. Pada kasus tersebut, akumulasi cairan dalam alveoli,
merupakan media yang baik untuk bakteri (kusnadi, 2011).

Penularan
 Penyakit
            Cara penularan dan sumber penularan penyakit tidak diketahui secara pasti, tetapi diketahubahwa unggas dapat bertindak sebagai carrier bibit penyakit dalam jangka waktu beberapa bulan. Ransum dan air minum yang tercemar diduga menjadi sarana penularan.

Diagnosa
 Laboratorium
            Isolasi dan identifikasi bakteri penyebab penyakit.

Pengobatan:
            Tetra-Chlor, Doxyvet, Trimezyn, Erysuprim, Medoxy, Koleridin atau Neo Meditril (pilih salah satu dan berikan sesuai aturan pakai ). Berikan Vita Stress 4-5 hari setelah pemberian obat selesai untuk membantu penyembuhan.
Sumber:
Buku Ajar Mikrobiologi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

http://dunia-mikro.blogspot.com/2008/08/uji-katalase.html

http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2010/01/Blood-Agar .pdf.