PENDAHULUAN
Anjing merupakan
hewan kesayangan yang banyak digemari oleh masyarakat. Banyak diantara
anjing-anjing kesayangan tersebut mengalami gangguan penyakit sehingga harus menjalani pembedahan. Salah satunya pembedahan di saluran
pencernaan seperti pada gastrium.
Gastrium
merupakan bagian dari alat pencernaan
pada hewan non ruminansia. Pada anjing terletak pada sisi kiri linea alba
cranial abdominal, dibelakang diafragma dan hepar. Letaknya bervariasi
tergantung dari jumlah isi gastrium (Archilbald, 1985). Gastrotomi
adalah operasi membuka gastrium atau dinding lambung yang dilakukan untuk
mengambil benda asing, inspeksi mukosa gastrium terhadap kemungkinan ulcer,
neoplasma atau hipertropi dan untuk mengambil spesimen biopsi (Bojrab, 1998).
Capak dkk. (2001)
menambahkan bahwa kasus gastrointestinal pada hewan kesayangan (anjing) yang
mengharuskan dilakukannya gastrotomi adalah kasus foreign body removal (pengangkatan benda asing) yang
sering ditemukan pada hewan di bawah umur 2 tahun.
Indikasi dilakukannya gastrotomi
diantaranya adalah untuk
mengeluarkan benda asing dan tumor lambung (gastrointestinal
lymphoma) dari
gastrium dan oesophagus bagian bawah (Subronto, 2003). Namun,
prosedur ini juga sering dilakukan terhadap
pengambilan sampel biopsi lambung (phycomycosis
atau gastric carcinomas case),
untuk mengurangi tekanan akibat gastrium terlalu berdilatasi, distensi lambung
serta penyempitan pylorus (Archibald,
1985).
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Gastrium
Gastrium merupakan organ pertama
pada saluran pencernaan (tractus
digestivus) di dalam cavitas
abdominal yang dibatasi oleh oesophagus
pada bagian depan dan pylorus pada
bagian belakang. Pada anjing terletak pada sisi kiri linea alba cranial abdomen, dibelakang diafragma dan hepar. Letaknya bervariasi tergantung dari volume
gastrium itu sendiri (Archibald, 1985).
Secara
anatomis gastrium terdiri dari tiga bagian yaitu cardial (bagian depan), fundus (bagian tengah) dan pylorus (bagian belakang). Gastrium
mempunyai dua curvatura yaitu curvatura
mayor dekat kolon dan curvatura minor yang berbatasan dengan hati. Dinding gastrium mempunyai 4
lapisan dari luar ke dalam yaitu tunika
serosa, tunika muskularis propia,
tunika submucosa dan membrana mucosa
dibagian paling dalam (Lubis, 1985).
Pada
dinding gastrium terdapat kelenjar yang menghasilkan getah lambung atau enzim
dan asam khlorida (HCl), yang berfungsi untuk mencerna makanan yang masuk dan
mengangkutnya secara teratur kedalam duodenum. Didalam gastrium makanan dicerna
antara 2-5 jam, lalu sedikit demi sedikit masuk menuju usus halus (Sabiston,
1992).
Proses pencernaan makanan bersifat kompleks yang meliputi proses-proses di dalam
mulut, penelanan, sampai pencernaan dalam lambung. Pengaturan proses pencernaan dilakukan
oleh susunan syaraf pusat. Proses pengambilan pakan, pengunyahan, penelanan
dilakukan oleh otot-otot yang di atur di bawah kehendak, sedang gerak
selebihnya di atur oleh syaraf-syaraf otonom. Proses insalivasi bahan makanan di dalam mulut juga berlangsung di bawah
pengaruh syaraf otonom. Penghantaran bahan makanan dari bagian oral ke arah
rektal berlangsung karena gerakan peristaltik (Subronto, 2003).
Kasus ditemukannya benda asing dalam saluran cerna tidak jarang terjadi
terutama pada anjing. Benda asing
yang ditemukan itu sangat bevariasi seperti kulit, kawat, dan lain-lain. Benda
asing yang besar akan menyebabkan gejala ileus obstruksi, sedangkan benda tajam
dapat menyebabkan perforasi saluran cerna dengan gejala peritonitis
(Archibald,1985).
Benda asing yang tertelan oleh
anjing dapat tersangkut pada oesophagus, lambung (dengan akibat gangguan pencernaan)
atau saluran cerna lainnya yang dapat menimbulkan gejala ileus obstruksi atau
perforasi. Diagnosa adanya benda asing dalam saluran pencernaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan rontgen
yang akan
membantu apabila benda asing itu cukup padat, apabila benda asing itu cukup
besar dan di telan oleh hewan kecil maka benda asing ini dapat di raba,
walaupun masih harus didiagnosa banding dengan tumor (Catcott, 1975).
Selain obstuksi dan perforasi, benda
asing yang tertelan juga dapat menimbulkan abses, fistula dan pleuritis. Benda asing juga dapat keluar sendiri
melalui tinja tanpa menimbulkan kelainan yang berarti, atas dasar itu maka
setiap hewan yang diketahui telah menelan benda asing sebaiknya diobservasi. Tindakan
aktif berupa operasi baru dilakukan apabila telah terdapat komplikasi pada
anjing yang baru saja menelan benda asing, serta dapat dicoba dengan memberikan
air minum yang banyak dan obat untuk memuntahkan isi lambung (Ibrahim, 2000).
Gastrotomi merupakan suatu
pembedahan dengan penyayatan untuk menghasilkan atau memberikan pemeriksaan
yang akurat dalam lambung. Oleh ahli bedah pemeriksaan dapat dilakukan dengan
uji X-ray, Endoscopy, uji-uji tersebut merupakan langkah-langkah dalam mencegah
masalah yang terdapat pada gastrointestinal.
Pemeriksaan praoperasi gastrotomi dengan radiograpy
(x-ray) bertujuan untuk melakukan diagnosa. Uji ini merupakan pokok yang
mendasari untuk melakukan pembedahan, yang pada dasarnya sering terjadi komplit
dengan uji jumlah darah, uji serum biokemikal, uji urinalysis dan kemungkinan
melakukan Electrokardiograf (EKG) sebelum pembedahan (Anonimus, 2008a).
Pada kasus lain dapat juga ditemukan terjadinya lambung sarat yang disertai
dengan sumbatan pada pylorus yang
merupakan sindrom yang timbul sebagai akibat pemberian pakan yang kualitasnya
jelek. Pada umumnya berbentuk serat kasar dan disertai atau tanpa pemberian air
minum dalam jumlah yang cukup, proses penyakit biasanya berlangsung akut dan
ditandai dengan anoreksia total, muntah dan dehidrasi (Subronto, 1985).
Pembedahan gastrium merupakan
operasi pembedahan yang dikenal dengan nama gastrotomi yakni melakukan
penyayatan pada bagian perut. Pakar bedah menyanyat sebagian kecil atau
sebagian besar daerah curvatura mayor dari gastrium (Sabiston, 1992).
Esophagus dan gastrium termasuk saluran cerna atas, kelainan pada organ ini
ditandai dengan keluhan pada fungsi menelan. Kesulitan menelan merupakan gejala
dini pada kelainan saluran cerna, sehingga kesulitan menelan dapat mengarah
kepada dugaan adanya kanker saluran cerna, diagnosa
ditegakkan berdasarkan anamnesa, oesophago-gastroduodenografi. Pada perawatan pasca bedah, pernafasan penting
diperhatikan karena laparotomi dan torakotomi menimbulkan nyeri hebat
sehingga nafas menjadi pendek
dan batuk tidak optimal. Keadaan demikian
mengakibatkan pengeluaran lendir
tidak efektif dan menumpuk di bronchus. Bronkhoskopi
dan bilasan bronkhus merupakan
prosedur baku mulai pasca bedah sampai dengan hari kedua atau tiga tergantung pada kemampuan
untuk batuk dan mengeluarkan lendir
sendiri (Anonimus, 2008a).
Pada kucing kasus menelan benda asing kurang dibandingkan dengan anjing,
mereka sering menjadi subjek pada gastrotomi karena keberadaan masa mengikat seperti
benang atau jarum dan benang jahitan dalam perut. Teknik operasinya insisi pada
garis tengah abdomen dan ligamen falciform dan lemak dipindahkan, limpa
dipindahkan keluar abdomen, curvatura
mayor dapat terlihat, dan perut dapat
dipalpasi, jika gastrotomi dilakukan laparotomi dibasahi dengan salin fisiologis.
Ketika insisi dibuat, ujung insisi ditahan sehingga isi perut tidak dapat
keluar (Catcott, 1975).
Indikasi Gastrotomi
Gastrotomi
sering diindikasikan untuk pencegahan langkah – langkah dalam permasalahan
lambung, pemulihan posisi abnormalitas dalam pengeluaran benda-benda asing dan tumor–tomor lambung,
mengatasi penyempitan spincter pylorus dan trauma keras di dalam
lambung (Anonimus, 2008b).
MATERI DAN METODE OPERASI
Pasien
Pasien adalah anjing betina
lokal (Canis domesticus),
berwarna hitam keputih-putihan dengan nama chika, berumur kira-kira 4 bulan
dengan berat badan 5kg.
Persiapan Pra
Operasi
Sebelum operasi dilakukan hewan tersebut diperiksa kondisi fisik secara umum. Hewan dipuasakan selama 12 jam dan tidak diberi minum
selama 2 jam sebelum pembedahan. Sehari sebelum operasi
hewan dimandikan, berat badan hewan ditimbang untuk menentukan dosis obat yang
akan digunakan pada operasi. Ruangan dan tempat operasi dibersihkan. Alat-alat yang digunakan
disterilkan dan obat-obatan yang digunakan disiapkan.
Persiapan Alat dan Bahan Operasi
Alat-alat
yang digunakan antara lain meja operasi, lampu operasi, sarung
tangan, stetoskop, spuit 3 ml, scalpel, needle holders, jarum ½ lingkaran, gunting ujung runcing dan gunting ujung tumpul, tampon,
pinset antomis dan sirurgis, Alli’s Forceps serta arteri klem anatomi.
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari benang chromik cat gut dan benang silk, kain kasa, Iodium Tincture 3%, alkohol 70%, Aquades, NaCl
fisiologi, premedikasi (Atropine Sulfat), anestesi (Ketamin dan Xylazin),
antibiotik (Penicillin oil), obat suportif (Vit B-kompleks), swat dan wonderdust powder.
Persiapan Operator dan Co-Operator
Sebelum melakukan operasi, baik operator maupun co-operator harus terlebih dahulu melepaskan semua aksesoris yang dapat mengganggu jalannya operasi.
Cuci tangan hingga mencapai siku dengan menggunakan air bersih dan
sabun, setelah itu dapat dicuci kembali dengan alkohol 70%. Kemudian operator dan co-operator
menggunakan sarung tangan dan pakaian khusus. Keadaan tersebut dipertahankan
sampai operasi selesai.
Premedikasi
dan Anestesi
Premedikasi yang
digunakan adalah Atropin Sulfat dengan dosis 0,02-0,04 mg/KgBB secara intramuscular.
Setelah ± 10 menit dilanjutkan dengan pemberian anestesi umum yaitu Ketamin
10-40 mg/KgBB dan Xylazine 1-3 mg/KgBB secara
intramuskular. Setelah pemberian
anestesi, frekuensi nafas dan denyut jantung dimonitoring setiap 5-10 menit
sampai pembedahan selesai (Tilley dan Smith, 2002).
Teknik Operasi
Pasien yang telah teranestesi
diletakkan dengan posisi dorsal recumbency di atas meja operasi. Cukur
bulu pada daerah yang akan diincisi yaitu daerah cranial umbilicus, kemudian
desinfeksi pada daerah tersebut dengan iodium tinkture 3%. Selanjutnya di
daerah yang akan dioperasi dipasang drapping.
Lakukan incisi kulit kira-kira 6-8 cm tepat pada bagian atas dari umbilikus kearah kranial. Kulit dan jaringan subkutan diincisi dengan
menggunakan scalpel dan lakukan preparasi tumpul untuk mempermudah
mendapatkan linea alba. Linea alba di jepit dengan menggunakan Alli’s forceps
secara sejajar agar sayatan tidak miring. Kemudian dengan ujung gunting/scalpel dibuat irisan kecil pada linea alba, irisan tersebut diprepair dengan
scapel mulai dari fascia, muskulus sampai ke peritonium, jari telunjuk dan jari
tengah digunakan sebagai pemandu, diletakkan dibawah
linea alba agar tidak menggunting organ viseral (Anonimus, 2008). Selanjutnya keluarkan
gastrium dan buat jahitan bantu, incisi pada daerah kurvatura mayor. Lalu keluarkan benda
asing dengan menggunakan forceps. Usahakan agar gastrium tetap dalam keadaan
basah maka dilakukan pembilasan dengan penstrep 1%. Luka insisi pada mukosa gastrium ditutup dengan
menggunakan jahitan pola simpel interupted dengan benang chromik cat gut 3-0. Masukkan
kembali gasrtium kedalam rongga perut dan siram rongga abdomen dengan larutan
NaCl fisiologis. Peritonium ditutup dengan menggunakan benang cotton dengan pola jahitan simpel interupted, muskulus dan fascia dijahit dengan pola
simple interupted menggunakan benang cut gut 3-0. Kulit ditutup dengan pola
jahitan simple interupted menggunakan benang nilon. Setelah dijahit, daerah
bekas insisi diolesi dengan iodium tinctur 3% dan diinjeksi dengan penisilin
oil dan vitamin B-kompleks secara intramuskular. Oleskan swat dan wonderdust
pada luka yang telah dijahit tadi.
Perawatan
Pasca Operasi
Setelah hewan dioperasi ditempatkan
pada tempat yang kering dan bersih, luka operasi dijaga kebersihannya dan
pemeriksaan dilakukan selama 4-6 hari berturut-turut, kemudian diberikan
makanan yang mudah dicerna guna mengurangi kerja gastrium selama 3-4 hari,
jahitan dapat dibuka setelah luka operasi benar-benar kering dan sembuh serta
telah tertutup, kemudian diolesi kembali iodiun tinkture 3%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar